Jakarta, IDN Times –Pergerakan kurs rupiah di pasar tunai dimulai melemah pada awal perdagangan Rabu (1/10/2025) dengan berada pada posisi Rp16.677 per dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan dataBloomberg, nilai tukar rupiah mengalami penurunan sebesar 12 poin atau 0,07 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya yang berada pada angka Rp16.665 per dolar AS.
1. Informasi mengenai mata uang di kawasan Asia yang mengalami penurunan nilai
Daftar mata uang yang mengalami penurunan nilai di kawasan Asia
-
Ringgit Malaysia mengalami penurunan sebesar 0,02 persen
-
Rupiah India turun sebesar 0,04 persen
-
Rupiah Filipina turun 0,13 persen
-
Korea Selatan mengalami penurunan sebesar 0,22 persen
-
Kurs dolar Taiwan turun sebesar 0,01 persen
-
Dolar Singapura mengalami penurunan sebesar 0,05 persen
-
Yen Jepang mengalami penurunan sebesar 0,03 persen
Semester I Tahun 2025, Investasi di Sumatera Utara Mencapai Rp28,41 Triliun
2. Rupiah diperkirakan berada dalam kisaran Rp16.600 hingga Rp16.700 per dolar AS
Analis keuangan Doo Financial Futures, Lukman Leong, memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan mengalami konsolidasi dengan kemungkinan penurunan yang terbatas dalam perdagangan hari ini. Pelaku pasar cenderung waspada sambil menantikan pengumuman beberapa data ekonomi penting dari dalam negeri siang ini.
Rupiah diperkirakan bergerak antara Rp16.600 per dolar AS hingga Rp16.700 per dolar AS hari ini, dengan kecenderungan melemah yang terbatas mengingat sikapwait and seepasar,” kata Lukman Leong saat dihubungi, Rabu (1/10/2025).
3. Investor menunggu laporan neraca perdagangan
Di sisi lain, beberapa indikator yang menjadi perhatian para investor antara lain data indeks manufaktur, inflasi, dan neraca perdagangan. Ketiga data ini diharapkan dapat memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan ekonomi berikutnya serta kondisi dasar perekonomian Indonesia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya surplus dalam neraca perdagangan barang Indonesia sebesar 4,17 miliar dolar AS pada Agustus 2025. Angka surplus ini terjadi secara berurutan selama 63 bulan sejak Mei 2020.
Ingin Berinvestasi Valuta Asing? Ketahui Manfaatnya!