Gempa di Filipina, menurut Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (PHIVOLCS), titik episentrumnya berada 17 kilometer utara Kota Bogo
the peoples, FILIPINA– Paling sedikit 19 orang korban jiwa telah tercatat akibat gempa bumi yang mengguncang Filipina, Selasa (30/9/2025) pukul 21.50 waktu setempat.
Gempa bumi dengan kekuatan 6,9 skala Richter tercatat di Laut Filipina, wilayah Visayas Tengah, 54 kilometer arah barat Kota Ormoc, Filipina.
Selain itu, dikabarkan bencana gempa tersebut juga dirasakan di Indonesia.
Sementara itu, gempa bumi besar terjadi di Laut Jawa, 29 km barat daya Pulau Sapudi, Jawa Timur, Indonesia dengan kekuatan 6,1 SR.
Gempa di Filipina, menurut Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (PHIVOLCS), pusat gempanya berada 17 kilometer utara Kota Bogo, Cebu, pada kedalaman 10 kilometer yang memperkuat getaran bumi di sekitar wilayah tersebut.
Hasil pengukuran alat yang digunakan menunjukkan bahwa Kota Cebu dan Villaba di Leyte mengalami gempa bumi dengan kekuatan 6 skala Richter.
Getaran yang lebih lemah terasa di wilayah lain, termasuk tingkat III di San Fernando, Cebu, dan tingkat 2 di Laoang, Samar Utara.
Gempa bumi dengan kekuatan 6,9 skala Richter mengguncang wilayah tengah Filipina pada hari Selasa (30/9/2025) malam.
Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) melaporkan bahwa gempa bumi dangkal terjadi pada pukul 21.50 waktu setempat.
Pusat gempa terletak di bagian utara Pulau Cebu, dekat Kota Bogo yang memiliki populasi sekitar 90.000 penduduk.
Akibat gempa, beberapa bangunan roboh dan hingga saat ini telah menyebabkan 19 korban jiwa.
Angka korban diperkirakan akan terus meningkat.
Media Filipina The Inquirer melaporkan hingga pagi ini, Rabu (1/10/2025), sebanyak 19 korban jiwa, termasuk sembilan orang dewasa dan empat anak-anak di Kota Bogo.
Hal tersebut merujuk pada Kantor Informasi Provinsi Cebu.
Berdasarkan laporan sementara dari Capitol, sebagian besar korban terkena reruntuhan bangunan.
Di San Remigio, lima kasus kematian telah diverifikasi, termasuk seorang anak berusia 10 tahun.
Raymond Frasco dari Dinas Pengurangan dan Pengelolaan Risiko Bencana Kota San Remigio menyebutkan bahwa tiga korban meninggal dunia merupakan anggota Penjaga Pantai Filipina.
Sementara seseorang merupakan anggota Badan Pencegahan Kebakaran.
Mereka dilaporkan terjebak dan tertimpa beton di dalam gedung olahraga yang menjadi tempat berlangsungnya liga basket antara dua lembaga tersebut ketika gempa bumi terjadi.
Pemerintah setempat telah mengumumkan seluruh kawasan San Remigio dalam keadaan darurat akibat kerusakan yang diakibatkan oleh gempa bumi.
Melalui akun Facebook resmi, Wali Kota Rex Gerona mengonfirmasi bahwa seorang warga tua di Tabuelan meninggal akibat gempa besar tersebut.
Gubernur Cebu Pamela Baricuatro menyatakan bahwa Kantor Presiden telah berupaya untuk memperpanjang bantuan yang diberikan oleh kantor Presiden Ferdinand Marcos Jr.
Setelah mengadakan rapat darurat di Capitol, gubernur akan melanjutkan perjalanannya ke Kota Danao, tempat Pusat Operasi Darurat akan dibentuk guna menangani dampak gempa yang terjadi di Cebu utara.
Kerusakan parah
Lembaga media ABS-CBN yang berada di Manila melaporkan kerusakan besar di beberapa tempat.
Pemerintah Provinsi Cebu bahkan mengajak tenaga medis sukarela melalui halaman Facebook resmi mereka untuk membantu penanganan darurat setelah gempa.
“Mungkin ada seseorang yang terjebak di bawah puing-puing bangunan,” ujar pejabat penyelamat provinsi, Wilson Ramos.
Ia mengakui tidak mampu memastikan jumlah orang yang hilang.
Ramos menambahkan, upaya penyelamatan terhambat oleh gelapnya malam dan gempa bumi lanjutan.
Badan Geologi Amerika Serikat mencatat paling sedikit empat gempa susulan yang kekuatannya melebihi 5,0 setelah gempa besar.
Guncangan kuat sekali
Petugas pemadam kebakaran di Cebu, Joey Leeguid, menggambarkan intensitas gempa.
“Kami mengalami guncangan yang sangat kuat di pos kami. Peti-peti bergerak dari kiri ke kanan. Kami sempat merasa pusing, tetapi sekarang semua dalam keadaan baik,” katanya kepada AFP dari Kota San Fernando.
Warga di sekitar titik pusat gempa mengatakan merasakan getaran. Martham Pacilan (25), penduduk Kota Bantayan, menyaksikan kerusakan di gereja yang berada di halaman kota.
“Saya mendengar suara ledakan kuat dari arah gereja, kemudian melihat batu-batu jatuh. Alhamdulillah tidak ada yang cedera,” katanya.
“Saya sangat kaget dan takut, tetapi tubuh saya tidak bisa bergerak. Saya hanya berdiri menunggu gempa berhenti,” katanya.
Agnes Merza, seorang perawat di Bantayan, juga merasakan dampak gempa.
“Rasanya seperti kami semua akan terjatuh. Ini pertama kalinya saya mengalaminya. Tetangga-tetangga berlarian keluar rumah. Dua asisten remaja saya bersembunyi di bawah meja, seperti yang diajarkan dalam kepramukaan,” katanya.