the peoples.CO.ID – JAKARTA.Setelah bank-bank anggota Himbara mendapat tambahan likuiditas sebesar Rp 200 triliun, muncul kekhawatiran dari pihak bank lainnya bahwa hal ini memperburuk persaingan dalam merebut nasabah korporasi. Di mana, saat ini kondisi permintaan kredit sedang menurun.
Memang, berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kredit korporasi ini masih mengalami pertumbuhan sebesar 9,9% secara tahunan (YoY) pada Agustus 2025. Di sisi lain, rasio fasilitas kredit yang belum digunakan juga mencapai 22,71% pada Agustus 2025, meningkat dari 22,35% pada akhir 2024, terutama terjadi pada Kredit Modal Kerja di sektor Industri, Pertambangan, Jasa Dunia Usaha, dan Perdagangan.
Stefen Loekito, Chief Personal Banking Officer Hana Bank juga menyampaikan bahwa “saat ini terdapat rasa khawatir terjadi persaingan dalam mendapatkan debitur korporasi, khususnya yang memiliki risiko gagal bayar yang rendah. Menurutnya, kondisi ekonomi saat ini sangat sulit dalam mencari perusahaan yang layak untuk diberikan kredit.”
Terlebih lagi, ia menyoroti bank-bank milik negara yang menerima tambahan likuiditas dari pemerintah belakangan ini. Artinya, bank-bank tersebut mendapatkan keuntungan dari bunga yang rendah.
“Kita jugabanyak yang di-take over,terkadang hanya berbeda 0,5% hingga 0,1%,” kata Stefen.
Oleh karena itu, ia menyampaikan bahwa saat ini pihaknya sedang menyiapkan berbagai strategi untuk mempertahankan debitur.eksistingyang memiliki profil kredit dengan risiko rendah. Dengan harapan, Hana Bank tidak terlibat dalam persaingan suku bunga.
Selain itu, salah satu strategi yang telah disiapkan adalah memberikan kredit kepada UMKM untuk ekosistem tersebut.supply chaindari nasabah perusahaan mereka. Dengan demikian, ini juga dapat mempertahankan nasabah perusahaan yang telah dimiliki.
Setuju, Direktur Eksekutif Maybank Indonesia Steffano Ridwan mengatakansaat ini permintaan dari perusahaan besar terkait modal kerja maupun investasi untuk ekspansi belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Oleh karena itu, persaingan antar bank untuktake overmasih besar sekali.
Khususnya oleh bank-bank yang memilikicost of fundrendah, tentu saja memiliki poin tambahan,” kata Steffano.
Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa perpindahan nasabah karena berbagai alasan juga mencakup suku bunga yang lebih rendah di bank lain, yang merupakan bagian dari risiko bisnis. Ia mengatakan bahwa cara untuk mengurangi risiko tersebut adalah dengan menawarkan berbagai solusi perbankan yang dibutuhkan nasabah sebanyak mungkin.
Menurutnya, semakin banyak solusi yang dinikmati nasabah, maka kemungkinan untuk berpindah cenderung lebih kecil, terutama jika hanya disebabkan oleh bunga pada salah satu produk.
“Tetapi masih ada beberapa nasabah yang mencari suku bunga yang lebih rendah,” katanya.
Sementara itu, Direktur Kepatuhan dari OK Bank, Efdinal Alamsyah, mengatakan bahwa saat ini belum ada kasus nasabah yang diambil alih oleh bank milik pemerintah. Namun, ia melihat bahwa secara umum nasabah perusahaan besar sudah menjadi bagian dari portofolio mereka.
Tidak hanya itu, ia yakintake overagresi jarang muncul tanpa alasan yang sangat kuat. Alasannya,switchingcostrelatif lebih besar dan dapat mengganggu hubungan jangka panjang bank dengan nasabah.