the peoplesDi setiap komunikasi, kemungkinan terjadinya perselisihan atau perdebatan sangat besar dan sulit dihindari. Namun, individu dengan empati yang tinggi mampu mengubah suasana kaku menjadi percakapan yang bermanfaat. Pemilihan kata-kata yang tepat dapat menenangkan kekesalan dan membuka jalan menuju kesepahaman bersama.
Mengutip dari Geediting.com, Rabu (1/10), terdapat sepuluh frasa kunci yang efektif mereka gunakan untuk menenangkan perselisihan apa pun. Frasa-frasa ini menunjukkan sikap terbuka untuk mendengarkan, menghargai, dan mencari solusi bersama. Mari kita pelajari bagaimana kekuatan kata bisa mengatasi situasi yang memanas.
1. “Bantu saya mengerti perspektifmu”
Ungkapan ini menunjukkan bahwa Anda benar-benar ingin memahami, bukan hanya sekadar mengalahkan dalam perdebatan. Ini merupakan metode efektif untuk mengalihkan perhatian dari serangan menjadi mendengarkan secara tulus. Kalimat ini membuat lawan bicara Anda merasa dianggap dan didengar sepenuhnya.
2. “Kamu tepat mengenai bagian tersebut”
Mengakui kebenaran dalam suatu topik tertentu sangat efektif dalam mengurangi ketegangan. Hal ini menunjukkan bahwa ego Anda tidak lebih penting daripada kebenaran atau hubungan yang sedang terjalin. Kalimat ini sering memotivasi pihak lain untuk juga menunjukkan sikap terbuka.
3. “Saya memahami alasan kamu merasa demikian”
Kalimat ini mengakui perasaan seseorang tanpa perlu merestui pendapatnya. Hal ini menunjukkan bahwa emosi mereka wajar mengingat pengalaman yang mereka alami. Mengakui perasaan merupakan perbedaan antara “kamu benar” dan “kamu manusia”.
4. “Apa jenis hasil yang kamu harapkan?”
Bahkan meskipun tidak disadari, perdebatan sering terjadi karena kedua belah pihak memiliki keinginan yang berbeda. Pertanyaan ini secara langsung mengalihkan perhatian dari masalah yang sudah ada menuju penyelesaian di masa depan. Hal ini memudahkan fokus pada tujuan bersama yang ingin dicapai.
5. “Aku perlu sejenak untuk merenungkan apa yang kamu sampaikan”
Mengambil jeda merupakan alat yang sering kali tidak diperhatikan, namun sangat penting dalam menyelesaikan perselisihan. Jeda ini menunjukkan bahwa Anda menganggap ucapan mereka dengan serius, tanpa merespons secara spontan. Tindakan ini juga secara tiba-tiba mengurangi peningkatan ketegangan.
6. “Saya mengalami kesulitan untuk menyampaikan hal ini”
Kerentanan bisa menjadi alat untuk mengurangi serangan dari lawan bicara. Ketika Anda mengakui kesulitan, Anda menunjukkan sisi kemanusiaan diri Anda di hadapan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa Anda tidak bersikap defensif, melainkan sedang berupaya berkomunikasi secara terbuka.
7. “Apa yang saya dengar adalah… apakah itu benar?”
Teknik mendengarkan aktif ini mengubah pidato emosional menjadi percakapan yang lebih terarah. Kata “apakah itu benar?” memberikan kekuasaan kepada lawan bicara dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Hal ini mengubah perselisihan menjadi diskusi yang produktif.
8. “Kita berdua sedang berupaya untuk mencapai [tujuan yang sama]”
Frasa ini mengingatkan bahwa kedua belah pihak berada dalam satu tim meskipun sedang mengalami perselisihan. Tujuan mereka mungkin adalah menjadi orang tua yang baik atau mencapai proyek yang sukses, meskipun menggunakan pendekatan yang berbeda. Hal ini mengalihkan fokus dari “saya melawan kamu” menjadi “kita melawan masalah”.
9. “Saya keliru mengenai hal tersebut”
Ini adalah empat kata yang paling kuat dan paling sulit diucapkan dalam setiap perdebatan. Mengakui kesalahan menunjukkan bahwa Anda lebih mengutamakan kebenaran daripada rasa percaya diri yang berlebihan. Frasa tertentu ini mempertahankan kredibilitas Anda, sekaligus menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi.
10. “Bagaimana kita mampu menyelesaikan masalah ini bersama?”
Penggunaan kata “bersama” ini mengubah seluruh suasana dalam sebuah perdebatan yang memanas. Hal ini mengalihkan fokus pembicaraan dari menyalahkan pihak tertentu menjadi mencari solusi bersama. Kalimat ini mengasumsikan bahwa penyelesaian mungkin tercapai dan kedua belah pihak berperan aktif.
Orang dengan kecerdasan emosional tinggi memahami bahwa memenangkan perdebatan dengan merusak hubungan justru merupakan kekalahan yang sejati. Kalimat-kalimat ini tidak berarti menghindari perselisihan, tetapi lebih pada terlibat dalam konflik dengan cara yang bermanfaat. Ini memerlukan keberanian dan kedewasaan untuk memilih hubungan daripada kepuasan diri sendiri dalam merasa benar.
Menggunakan bahasa yang tepat memiliki kekuatan besar dalam mengubah perselisihan menjadi pemahaman dan penyelesaian. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sesuatu yang lebih penting daripada perdebatan itu sendiri, yaitu hubungan antar sesama manusia.